Secuil Cerita Perjalanan “Si Tukang Kuti” Adventure Sulut

0
657

Ratahan, KOMENTAR.ID

Manggis Travel

Berprofesi sebagai fotografer sangat diidamkan para milenial yang hobby traveling ataupun sekadar santai. Namun menjadi seorang fotografer ternyata tidak semudah yang dipikirkan.

Perlu menguasai trik dan teknik serta keahlian khusus dari segi pencahayaan, teknik pengambilan gambar bahkan momen dan penempatan komposisi yang tepat bukan hanya sekadar jepret-jepret.

Sama seperti yang dialami lelaki pemilik nama Lody Hendra Tumbel. Ekonom yang berpaling menjadi seorang fotografer profesional ini. Dengan segala pertimbangan dan pilihan, dirinya rela melepas pekerjaan sebagai salah satu karyawan di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Pada suatu kesempatan, saya mendapatkan waktu berbincang dengannya disela memotret iven adventure yang diselenggarakan di Ratahan, Kabupaten Minahasa Tenggara.

Pada kesempatan itu, dirinya berkata jika latar belakang pendidikan bukanlah menjadi sebuah acuan bagi seseorang untuk nantinya terjun ke dunia pekerjaan setelah lulus dari bangku kuliah. Dan hal itu dialami dan dirasakan sendiri olehnya.

Sejak berkecimpung di dunia fotografi pada tahun 2009. Lody sapaan akrabnya, merupakan lulusan sarjana ekonomi managemen disalah satu universitas yang ada di Sulawesi Utara.

Awal dirinya bisa menjadi seorang fotografer, dimulai saat dirinya melihat salah satu temannya yang merupakan seorang fotografer freelancer. Padahal waktu itu dirinya sudah bekerja di BEJ.

Pada pertengahan tahun 2009, dirinya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan di BEJ dan fokus untuk menjadi seroang fotografer.

“Saya belajar fotografi dengan cara otodidak, melihat berbagai macam majalah fotografi yang menjadi referensi, dan hal pertama di dunia foto yang saya pelajari adalah “tehnik lighting,” tutur Lody.

Sembari kami berbincang, Lody menuturkan bahwa kesuksesan dalam pekerjaannya sebagai seorang fotografer bukanlah instant, melainkan butuh proses belajar.

“Dulu saat awal-awal belajar motret, saya selalu hadir di acara hunting model yang sering diselenggarakan di daerah Jakarta dan sekitarnya,” bebernya sambil menyeruput kopi yang sebelumnya sudah tersedia di meja.

Bahkan menurutnya, dia pernah ikut hunting sampai ke provinsi luar DKI. Semuanya itu dia ikuti demi mendalami teknik-teknik pemotretan sembari menjalin pertemanan dengan sesama fotografer.

“Fee pertama yang saya terima sebagai seorang fotografer, yaitu sejumlah tiga ratus lima puluh ribu rupiah, disaat dirinya diajak teman untuk memotret iven pameran,” ucapnya.

Dan dalam waktu yang cukup singkat, dirinya pun mulai diundang oleh salah satu stasiun tv swasta nasional untuk turut serta dalam penyusunan content acara fotografi, yang belakangan acara tersebut dikenal dengan acara ‘Mata Lensa’ yang tayang di tahun 2012.

“Loncatan karir sebagai seorang fotografer dimulai saat itu, dan berselang enam bulan kemudian, saya dipanggil untuk menjadi salah satu fotografer di majalah dewasa Popular Magazine,” jelasnya.

Lanjut dikatakan tuama Minahasa ini, memang benar kata pepatah berakit-rakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Pepatah ini menjadi nyata didalam perjalanan karir saya sebagai fotografer. “Dari fee awal yang hanya tiga ratus lima puluh ribu rupiah, saya bisa memperoleh puluhan juta dalam satu iven pemotretan,” tuturnya lagi.

Namun lanjutnya dalam perbincangan santai itu, bukan berarti dirinya tidak pernah mengalami kegagalan dalam usahanya sebagai seorang fotografer. Dirinya mengatakan, bahwa ia pernah mengalami kegagalan saat membuka usaha studio foto dibilangan Kelurahaan Ranomuut, Kota Manado. Salah satu faktor penyebabnya adalah mis management dalam pengelolaan studio.

Menurutnya, kegagalan tersebut cukup memberikan pukulan yang telak dan hampir menyerah berkecimpung di dunia fotografi.

Namun kegagalan itu ternyata membawa berkat yang luar biasa. Pada tahun 2019, datang sebuah tawaran untuk memotret di iven adventure. Dirinya sempat hampir menolak tawaran tersebut, namun dorongan dari beberapa teman membuat dirinya menerima tawaran tersebut.

“Saat saya menerima tawaran tersebut, dalam hati saya berkata, tidak salah untuk mencoba kembali. Dan tidak disangkah, saat kembali motret saya merasa seperti memacu semangat saya lagi untuk kembali berusaha dibidang fotografi sembari menutup lobang kegagalan sebelumnya,” ungkapnya lagi.

Sejak saat itulah dirinya terlibat dan fokus dalam setiap iven adventure yang diselenggarakan Pengda IMI Sulawesi Utara maupun diluar daerah.

Saat ditanya perihal karya foto terbaik versi dirinya, dia memberikan beberapa hasil karya fotonya sejak masih sebagai fotografer amatir hingga profesional seperti sekarang.

Salah satunya saat dirinya memotret bintang sepakbola dunia David Beckham saat bermain melawan timnas Indonesia di Gelora Bung Karno Jakarta.

Tak hanya itu saja, adapun beberapa foto lainnya seperti saat menjadi fotografer majalah Popular dan di iven-iven olahraga ditanah air termasuk foto iven adventure.

Charin Wagiu saat menjajal lintasan lereng Manimporok. (Foto: Lody Tumbel/Ist)

Diakhir perbincangan kami, Lody menuturkan bahwa jangan pernah merasa takut untuk melangkah. “Jadikan sebuah kegagalan sebagai sebuah pelajaran dimasa akan datang,” tandasnya, sembari menepuk punggung wartawan komentar.id yang berbincang dengannya yang tidak lain merupakan sahabat lamanya yang juga pernah menjadi fotografer di media cetak ternama di Sulut.

[Key]